180 Juta Ekor! Kepiting Merah Bermigrasi, Hingga Jalan Ditutup Total

Diposting oleh : -
Organizer :

Pulau Christmas, sebuah teritori Australia yang terpencil di Samudra Hindia, sekali lagi menjadi panggung bagi salah satu keajaiban alam paling spektakuler di dunia. Fenomena migrasi tahunan kepiting merah (Gecarcoidea natalis) kembali terjadi, mengubah jalanan dan lanskap hutan pulau menjadi “karpet merah hidup” yang tak tertandingi. Sejak kemunculan massal yang terpantau pada 24 Oktober 2025, puluhan juta, bahkan diperkirakan mencapai lebih dari 180 juta ekor kepiting, mulai bergerak serentak dari kedalaman hutan menuju pesisir untuk ritual perkawinan dan pelepasan telur. Peristiwa ini bukan hanya tontonan yang memukau bagi wisatawan, tetapi juga sebuah simbol kemenangan besar bagi upaya konservasi.

Migrasi Kepiting Merah: Siklus Hidup dan Pemandangan yang Dinanti

Simbol Keberlanjutan Ekosistem Pulau

Kepiting merah Pulau Christmas menjalani sebagian besar kehidupannya di darat, jauh di dalam hutan yang lembap. Namun, naluri reproduksi yang kuat mendorong seluruh populasi kepiting ini untuk melakukan perjalanan berbahaya ke laut sekali dalam setahun. Migrasi ini dipicu oleh datangnya musim hujan pertama, biasanya antara bulan Oktober hingga Desember, yang memberikan kelembapan cukup bagi kepiting untuk menempuh perjalanan sejauh berkilo-kilometer.

Migrasi besar-besaran ini adalah simbol keberlanjutan ekosistem di pulau kecil tersebut. Selama masa migrasi, kegiatan manusia harus mengalah. Pemerintah setempat mengambil langkah tegas dengan menutup total beberapa ruas jalan utama, bahkan menyediakan jembatan dan terowongan khusus kepiting untuk memastikan keselamatan jutaan kepiting merah yang melintas. Wisatawan dari seluruh penjuru dunia sengaja datang ke pulau ini pada akhir tahun hanya untuk menyaksikan pemandangan yang oleh naturalis ternama, David Attenborough, pernah disebut sebagai salah satu pemandangan yang paling menakjubkan di dunia.

Ritual Perkawinan dan Kelahiran Jutaan Anak Kepiting

Sesampainya di pesisir, kepiting jantan akan menggali liang dan melakukan ritual perkawinan. Setelah perkawinan, kepiting jantan biasanya kembali ke hutan lebih dulu. Sementara itu, kepiting betina akan tinggal di liang-liang di dekat pantai selama sekitar dua minggu, merawat telur hingga matang. Setiap kepiting betina mampu membawa dan melepaskan hingga 100.000 telur ke laut. Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva dan hanyut mengikuti arus laut selama sekitar sebulan. Larva yang selamat dari predator laut akan kembali ke daratan sebagai bayi kepiting berukuran hanya sekitar lima milimeter, memulai kembali perjalanan panjang ke hutan dan menyegarkan populasi.

Kemenangan Konservasi: Melawan Predator Invasif

Fenomena migrasi kepiting merah yang mencapai angka fantastis di tahun 2025 ini membawa harapan besar. Peristiwa ini adalah bukti nyata keberhasilan program konservasi yang konsisten, khususnya dalam melindungi spesies ikonik ini dari ancaman terbesar: Semut Kuning Gila (Yellow Crazy Ant).

Ancaman Semut Kuning yang Mematikan

Selama bertahun-tahun, populasi kepiting merah dihadapkan pada serangan mematikan dari spesies semut invasif ini. Semut kuning menyerang kepiting dengan menyemprotkan asam format langsung ke mata dan sendi kepiting, menyebabkan kebutaan, dehidrasi, dan pada akhirnya kematian. Sebelum program pengendalian dimulai, diperkirakan sekitar dua pertiga populasi kepiting merah musnah antara awal 2000-an hingga pertengahan 2010-an. Hal ini menjadi krisis ekologi serius bagi Pulau Christmas, yang dijuluki “Pulau Kepiting Merah” karena dominasinya di ekosistem.

Solusi Hayati yang Efektif

Upaya perlindungan ini dipimpin oleh para konservasionis di Taman Nasional Pulau Christmas, salah satunya adalah Brendon Tiernan, koordinator program spesies terancam punah. Mereka memperkenalkan solusi hayati yang cerdas: memasukkan tawon mikroskopis dari Malaysia ke ekosistem pulau sejak tahun 2016.

Tawon ini secara spesifik dipilih untuk memangsa serangga penghasil embun madu (honeydew), yang merupakan sumber makanan utama semut kuning. Dengan menekan sumber makanan semut, populasi hama berhasil dikendalikan secara efektif. Cara ini terbukti ampuh menekan populasi semut invasif tersebut, memberikan ruang bagi kepiting merah untuk pulih dan berkembang biak tanpa ancaman predator utama.

Kebangkitan Populasi yang Mencapai 180 Juta

Hasil dari upaya konservasi yang intensif ini sangat mencengangkan. Pada tahun 2025, jumlah populasi kepiting merah diperkirakan telah melonjak hingga lebih dari 180 juta ekor. Jumlah ini menunjukkan adanya proses pemulihan yang luar biasa hanya dalam satu dekade. Selain jumlah kepiting dewasa yang masif, para konservasionis juga mencatat adanya lonjakan signifikan dalam jumlah anak kepiting merah yang berhasil bertahan hidup dan kembali ke daratan dari laut dalam beberapa tahun terakhir.

180 Juta Ekor! Kepiting Merah Bermigrasi, Hingga Jalan Ditutup Total

Fenomena ini membuktikan bahwa keseimbangan alam, meskipun pernah terancam oleh spesies invasif, dapat dipulihkan melalui intervensi ilmiah dan upaya konservasi yang konsisten. Migrasi besar kepiting merah hari ini bukan hanya tontonan, tetapi juga perayaan atas kemenangan konservasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *