Langkah ini, yang merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto, bertujuan ganda: memangkas anggaran belanja negara untuk kendaraan impor mewah dan secara agresif mendorong kemandirian industri otomotif nasional. Namun, di balik ambisi besar tersebut, muncul perdebatan mengenai arsitektur dasar Mobil Maung yang kabarnya menggunakan komponen vital dari SUV Korea Selatan, SsangYong Rexton.
Media ini mencoba mengupas tuntas fakta di balik teknologi, kebijakan, dan implikasi finansial dari penetapan Mobil Maung sebagai ikon baru Mobil Dinas para pemimpin di Indonesia.
Membedah Identitas Maung: Seberapa Korea Komponen Dasarnya?
Isu mengenai kemiripan Mobil Maung dengan SsangYong Rexton mulai menjadi buah bibir setelah varian MV3 Garuda Limousine yang digunakan Presiden Prabowo terekspos ke publik. Secara visual, terdapat kesamaan signifikan pada interior kendaraan, khususnya pada desain dashboard, kontrol iklim, hingga modul transmisi.
Rasio TKDN vs. Ketergantungan pada Komponen Utama
Pihak Istana, melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) AM Putranto, memberikan klarifikasi penting: Mobil Maung telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mengesankan, yaitu sebesar 70 persen. Pencapaian ini membuktikan dominasi komponen buatan lokal dalam perakitan Maung.
Meski demikian, Putranto juga membenarkan bahwa sisanya yang sekitar 30 persen, yang terdiri dari komponen inti seperti platform (lantai dasar), mesin, dan beberapa bagian rangka, masih disuplai dari sumber eksternal, termasuk pabrikan Korea Selatan SsangYong Rexton dan beberapa teknologi dari Mercedes-Benz (Daimler).
Secara teknis, mesin yang digunakan pada Maung MV3 Garuda, yaitu unit turbodiesel 2.200 cc berkode E-XDI dengan transmisi otomatis 8-percepatan, memang identik dengan spesifikasi SsangYong Rexton. Unit ini menghasilkan daya sekitar 199 HP dan torsi puncak 441 Nm—tenaga yang dibutuhkan untuk performa off-road yang tangguh.
Bukan Plagiat, Melainkan Rekayasa Ulang Taktis
Penting untuk dipahami bahwa penggunaan basis teknologi yang sudah teruji adalah praktik umum dalam industri kendaraan taktis global. PT Pindad tidak melakukan penjiplakan, melainkan rekayasa ulang (re-engineering). Perbedaan mendasar terletak pada fungsionalitas dan desain:
- Eksterior: Pindad merancang ulang total bodi Mobil Maung menjadi kendaraan 4×4 bergaya militer yang kokoh, jauh berbeda dari bodi SUV Rexton.
- Keamanan: Varian Mobil Dinas Maung Garuda diperkuat dengan composite armor anti-peluru dan kaca balistik, yang menjadikannya kendaraan pertahanan khusus, sesuatu yang tidak dimiliki Rexton standar.
- Fungsi: Maung adalah RanTis (Kendaraan Taktis) yang disiapkan untuk mobilitas di segala medan, sementara Rexton adalah SUV komersial.
Revolusi Mobil Dinas: Komitmen Kemandirian Industri Nasional
Keputusan menjadikan Mobil Maung sebagai Mobil Dinas adalah langkah politik dan ekonomi yang berani. Kebijakan ini merupakan manifestasi dari tekad pemerintah untuk mengakhiri ketergantungan pada kendaraan official impor.
Penghematan Anggaran Negara yang Masif
Pergantian armada Mobil Dinas dari model impor mewah yang harganya bisa menyentuh Rp1,6 miliar per unit menjadi Mobil Maung yang diperkirakan berharga mulai dari Rp600 juta (untuk versi taktis awal), dapat menghasilkan penghematan yang signifikan. Diperkirakan, penggantian 103 unit kendaraan menteri dan pejabat eselon I dapat memangkas anggaran negara lebih dari Rp100 miliar. Penghematan ini dapat dialokasikan kembali untuk program-program pembangunan lain.
Stimulus bagi PT Pindad dan Industri Lokal
Permintaan masif terhadap Mobil Maung—mencakup target ribuan unit untuk menteri, TNI, dan Polri—secara langsung memberikan stimulus bagi PT Pindad. Langkah ini memicu percepatan pembangunan fasilitas produksi dan meningkatkan penyerapan komponen lokal (TKDN), yang sejalan dengan cita-cita mobil nasional. Presiden Prabowo bahkan telah mengalokasikan dana dan lahan untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi ini.
Teladan dan Kebanggaan Nasional
Lebih dari sekadar hitungan finansial, kebijakan ini mengandung pesan moral yang kuat. Presiden meminta para pejabat negara, khususnya perwira, untuk menunjukkan kebanggaan dengan menggunakan jip buatan Indonesia, bukan lagi kendaraan mewah dari negara lain. Hal ini diharapkan menjadi teladan bagi masyarakat luas untuk memprioritaskan dan mencintai produk dalam negeri.
Performa Maung MV3 Garuda: Paduan Ketangguhan dan Kenyamanan VVIP
Mobil Maung MV3 Garuda Limousine yang disiapkan untuk Mobil Dinas para pejabat telah mengalami penyesuaian performa dan dimensi untuk menjamin keamanan dan kenyamanan VVIP.
Detail Teknis dan Fitur | Penjelasan Kunci |
Mesin dan Transmisi | Diesel 2.200 cc dengan transmisi otomatis 8-percepatan. Memiliki performa yang lincah dan gesit di perkotaan maupun medan ringan. |
Kecepatan | Mampu dipacu hingga 100-120 Km/jam, memastikan mobilitas yang cepat dalam situasi mendesak. |
Kapasitas | Dirancang untuk 4 personel dengan konfigurasi limousine yang mewah dan aman. |
Material Balistik | Dilengkapi composite armor untuk bodi dan kaca anti-peluru tingkat B5/B6, memberikan perlindungan maksimal dari serangan bersenjata ringan. |
Fitur Modern | Kenyamanan didukung oleh Head Unit 12 inci, kamera 360°, dan fasilitas cooled storage serta WiFi portabel untuk mendukung kerja pejabat saat bepergian. |
Harga Mobil Maung versi Garuda Limousine ini diprediksi berada di kisaran di atas Rp1,2 miliar, mencerminkan tambahan fitur keamanan dan kenyamanan tingkat tinggi yang disematkan oleh Pindad.
Maung Siap Mengawal Kebanggaan Indonesia
Meskipun Mobil Maung memiliki darah teknologi dari SsangYong Rexton pada sasis dan mesinnya, sentuhan Pindad telah mengubahnya menjadi kendaraan taktis yang unik dan identik dengan ketangguhan Indonesia.
Penetapannya sebagai Mobil Dinas resmi menteri adalah sebuah deklarasi politik yang menunjukkan keberanian pemerintah dalam menanggalkan tradisi impor mewah demi mendahulukan produk nasional. Dengan semangat kemandirian dan efisiensi anggaran, Mobil Maung siap mengawal perjalanan dinas para pejabat, menjadi simbol visual baru kebanggaan Indonesia di jalan raya.